Minggu, 22 Mei 2016

MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

Bismillah....

"Mitsaqon Gholidzo (Perjanjian yang Agung). Kata-kata ini hanya disebutkan 3 kali di dalam AlQuran, yaitu :

  1. Pada saat Allah mengambil perjanjian dengan para Rasul Ulul Azmi, yaitu Nuh, Musa, Ibrahim dan Isa (Q.S. Al Ahzab:7-8)
  2. Pada saat Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala Bani Israil dan mengambil janji setia mereka (Q.S. An Nisa:154)
  3. Pada ikatan pernikahan (Q.S. An Nisa:21)
Dua perjanjian teratas merupakan peristiwa besar peradaban manusia. Lalu mengapa pernikahan disejajarkan dengan 2 peristiwa besar tersebut ?
Sepanjang sejarah, peran penting peradaban kenabian adalah mendidik generasi peradaban.
Begitu pula peran penting sebuah bangsa adalah mendidik generasi peradaban. Tidak ada bangsa yang memiliki peran peradabannya tanpa mendidik generasinya.
Maka begitu pulalah peran penting sebuah lembaga pernikahan, yaitu mendidik generasi peradaban. Runtuhnya lembaga pernikahan kebanyakan karena tidak lagi tersisa peran mendidik di dalamnya.
Apa guna kita menikah apabila kita melalaikan peran mendidik di dalam keluarga kita ?
Dalam lembaga pernikahan bernama keluarga, ada sosok pemimpin peradaban, ada sosok penumbuh dan penjaga peradaban,ada sosok yang dipimpin dan ditumbuhkan, ada sarana dan perlengkapan pendukung, ada perasaan cinta mendalam yang tulus, ada kebutuhan saling menasehati dan kebersamaan, dan ada sistem nilai kehidupan yang diimani.
Sistem nilai kehidupan inilah yang utama, yang diyakini bersama sehingga melingkupi semua aktifitas dan perjalanan maupun tujuannya."
-renungan pendidikan #26, Harry Santosa-


Materi MIIP pekan kedua mengingatkan saya pada tulisan di atas. Peradaban tidak akan terbangun jika dua insan yang diikat dalam perjanjian suci pernikahan melalaikan peran mendidik di dalam keluarganya. Padahal Allah SWT menghadirkan manusia di muka bumi ini lengkap dengan "misi spesifik"nya, tugas manusia hanyalah berusaha memahami kehendakNya. 
Saat manusia dipertemukan dengan pasangan hidupnya untuk membentuk keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan atau sebatas menyempurnakan agama, tapi lebih dari itu. Saat mengikat diri dalam lembaga pernikahan dan melahirkan keturunan, adalah untuk lebih memahami apa sebenarnya "peran spesifik keluarga" di muka bumi ini. Hal ini yang sering dilupakan meski sudah bertahun-tahun menikah.
Lalu, darimana memulainya ?


  • Pertama, temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa dulu kita memilihnya menjadi suami ? Apa yang membuat kita jatuh cinta padanya ? Dan apakah sampai hari ini kita masih bangga terhadapnya ?



"Menulis kembali surat cinta untuknya setelah bertahun-tahun yang lalu, menumbuhkan kembali rasa cinta yang dulu begitu menggebu. Menuliskan bagaimana dulu jatuh cinta padanya, mengungkapkan kekaguman dan kebanggaan padanya seperti menyiramkan es ke dalam hati yang kering. Segaaar rasanya. 
Butuh tekad kuat untuk menggoreskan kembali pena ke atas kertas putih. Tidak semudah dulu. Ya,, dulu kami sering saling berkirim surat cinta. Sepertinya tak habis-habis alasan untuk terus menuliskan cinta kami. Di buku harian, di kertas post-it, di cermin kamar, di mana saja kami bisa saling menuliskan cinta. Tapi ternyata seiring berjalannya waktu kebiasaan itu mulai berkurang sampai akhirnya hilang sama sekali. 
Butuh waktu cukup lama untuk memulai. Tapi ternyata saat kata pertama mulai tertulis, kata-kata berikutnya mengalir begitu saja. Deras tak terbendung. Perasaan campur aduk jadi satu. Sedih, karena merasa belum jadi istri dan ibu yg penuh syukur. Haru, mengingat saat dulu jatuh cinta padanya. Bahagia, karena Allah masih menjaga kebersamaan kami. Tak terasa 4 lembar HVS penuh dengan kata-kata cinta. Semoga air mata tak mengaburkan tintanya. :') 
Lembaran kertas itu lalu saya gulung dan ikat dengan pita kecil. Saya berikan padanya sesaat akan berangkat bekerja. Tak ada pertanyaan darinya *legaa...
Jujur,, awalnya saya merasa mungkin nanti responnya akan "biasa-biasa" saja seperti biasanya. Ternyata hasilnya jauh melampaui ekspektasi saya. Respon yang suami berikan sungguh luar biasa. Sekuntum mawar merah menjadi hadiahnya. Dengan perantara surat itu mampu melarutkan kembali cinta kami yang lama mengendap."



  • Kedua, lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki ? Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini, sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami kita ? Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di muka bumi ini ? Potensi unik apa yang kelak menjadi panggilan hidup atau alasan kehadiran di muka bumi yang menebar manfaat dan rahmat bagi alam dan kehidupan ?
"Berdasarkan hasil tes di temubakat.com, potensi kekuatan saya adalah ANALYST, CARETAKER, COMMUNICATOR, CREATOR, DESIGNER, dan QUALITY CONTROLLER. Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan kreativitas dan desain mampu membakar semangat. Selain itu, berbagai kegiatan sosial, berbagi manfaat dengan orang lain dan melihat mereka bahagia karenanya juga mampu membuat saya jauh lebih bahagia. Bersyukur sekali Allah menjodohkan saya dengan laki-laki yang mau mendukung dan terlibat dengan aktivitas saya. Bersama-sama kami membangun usaha yang semoga nantinya tidak hanya bermanfaat bagi kami tapi juga bermanfaat bagi lingkungan sekitar kami. Aamiin..."

  • Ketiga, lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang ada bersama kita ? Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini ? Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan anak-anak ini di dalam rumah kita ?
"Philo, Azzura dan Andra adalah anugerah luar biasa yang Allah telah titipkan pada kami. Dengan hadirnya mereka kami jadi tak henti-hentinya belajar untuk menjadi insan yang lebih baik lagi demi menghantarkan mereka kembali kepada Penciptanya dalam keadaan yang lebih baik. 
Philo (10 th), sangat menyukai aktivitas olah fisik. Aussie Footy, atletik dan renang selalu membuatnya bersemangat dan berbinar-binar. Sikap kritisnya selalu mampu mengingatkan kami saat mulai keluar jalur. Selain itu, saat menyukai satu hal, dia akan berusaha keras mencapainya walaupun harus ada yang dia korbankan. Sedikit latihan disiplin dan tanggung jawab akan makin menguatkannya.
Si tengah, Azzura (8 th), adalah satu-satunya gadis kami. Kegiatan yang menuntut kreativitas sangat disukainya. Sikap lemah-lembut, penyayang dan luwes membuatnya dicintai oleh banyak orang. Dia juga selalu bertanggung jawab pada setiap tugas yang diembannya. 
Andra (3 th), "si bungsu yang romantis" begitu kami sekeluarga menjulukinya. Sama seperti si sulung, dia pun menyukai aktivitas fisik. Rasa ingin tahunya yang begitu besar seringkali membuat kami kewalahan. Dia pun penuh percaya diri. 
Kehadiran mereka bertiga menjadikan rumah tangga kami penuh warna. Dengan keunikannya masing-masing membuat kami menjadi semakin utuh."


  • Keempat, lihat lingkungan dimana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa bertahan hidup dengan kondisi alam dimana kita tinggal saat ini ? Mengapa Allah menempatkan keluarga kita disini ? Mengapa keluarga kita didekatkan dengan komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini ?
"Tinggal di kota Balikpapan yang cukup panas karena berada di pesisir pantai membuat aktivitas luar ruangan jadi kurang nyaman. Tapi kami sekeluarga membiasakan untuk rutin melakukannya, salah satunya dengan berkebun. Bagi kami ini baik untuk kesehatan. Alhamdulillah,, kami sekeluarga jadi jarang sakit. 

Ayah kami memiliki sebidang tanah di pinggir kota, di tengah-tengah perkebunan sawit. Tanah itu tidak ada yang mengelola. Setelah meminta izin ayah, kami mengolah tanah tersebut. Kami menjadikannya kebun buah-buahan dan kolam ikan. Agar tetap bisa berbagi manfaat, kami menggunakan jasa penduduk di sekitar kebun, yang rata-rata hidup dibawah garis sejahtera, untuk membantu kami merawat tanaman dan ikan. Selain mendapat upah dari merawat tanaman dan ikan kami, mereka juga kami bebaskan untuk menanam sayuran di sela-sela pohon buah untuk menambah penghasilan mereka."

Dari keempat pertanyaan di atas,apabila terjawab akan membuat anda dan suami memiliki "misi pernikahan" sehingga membuat kita layak mempertahankan keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.
Berawal dari memahami peran spesifik keluargakita dalam membangun peradaban,kita akan makin paham apa potensi unik produktif keluarga kita. Sehingga kita bisa senantiasa berjalan di jalan-Nya. Peluanglah yang akan menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus-menerus mengejar uang dan peluang.
Selanjutnya kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan macam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di sekitar kita.
Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan berkarya dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang dikorbankan. Semuanya akan berjalan beriring, selaras dengan harmoni kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar